Sketsa pudar


legam diri meredam dendam
mengusung keranda kekasih lalu
aku dibakar jeritan malam
mengais nurani sisa moyangku

mungkin hanya manusia kelabu
ciptaan air dan api
pahami ujarku
tentang daun dan secuil roti
tentang burung menara raja
pada silsilah rambut bayang kawan

ah...
biar tangisnya kutawakan
karna lukaku adalah cintanya...
meski kemarin dipujaku
takkan terpuji kini bagiku

aku hanya paduan tanah dan surga
pemilik syair tuan gembala
sejuta tahun menangis sesal
sekajap lalu membuang bekal
kusitir langit dengan ayatnya
kumaki waktu dengan takarnya
tak jua padam api membakar
tak pun pupus sanjak berpendar

hanya dosa dan sekian lagu dikenangku
selebihnya drama kemarin disekertas coretanku
sketsa pudar bayang pecinta
bergaris bidang setakhingga kecewa


bams

0 komentar:

Post a Comment