Dalam bukunya Quantum Ikhlas, Erbe Sentanu menulis bahwa, nasib kita adalah hasil dari akhlak kita. Dan akhlak menurut Aa Gym adalah respon spontan terhadap kejadian. Respon itu suatu perbuatan, suatu action yang lahir dari pikiran. Kalau itu berpola, dilakukan berulang, setiap kali menghadapi kejadian, maka jadilah dia kebiasaan. Dan saripati kebiasaan kita itulah akhlak kita. Pikiran yang melandasi action diatas tentulah amat dipengaruhi oleh perasaan kita, tatkala menghadapi kejadian diatas. Kalau hati kita senang akan terlahir pikiran untuk mengungkapkan kesenangan itu. Sebaliknya kalau hati kita kesal atau marah maka akan lahir pikiran yang menolak kejadian itu.
Maka benarlah kata Erbe Sentanu, nasib kita amat ditentukan oleh akhlak kita yang dibentuk oleh kebiasaan kita, yang merupakan pola perbuatan kita yang didasari oleh cara berpikir kita. Dan pikiran kita itu dilahirkan dari bagaimana kita mengendalikan perasaan kita menghadapi setiap kejadian yang disajikan kehidupan bagi kita.
Cara berpikir kita akan amat mempengaruhi kwalitas hidup kita. Bagi mereka yang amat peka perasaannya, mudah tersinggung atau marah akan lahir pikiran yang reaktif, menolak atau menafikkan kejadian itu. Yang akan menimbulkan action yang tidak nyaman, baik bagi dirinya apalagi bagi orang lain. Dan kalau ini menjadi kebiasaannya, menjadi akhlaknya, maka dapat dipastikan dia akan lebih banyak hidup dalam kepahitan, kenestapaan, “misery”. Banyak hal demikian kita saksikan hari akhir-akhir ini disekitar kita.
Kalau mau hidup dalam kebahagiaan, mulailah dengan biasa mengendalikan persaan. Bangun rasa nyaman dihati antara lain dengan bersyukur dan mengingat Sang Pencipta yang menjadikan diri kita dan alam sekeliling kita. Yang dengan segala dinamikanya pasti menghadirkan berbagai macam kejadian. Dari rasa nyaman itu akan lahir pikiran aktif yang positif dan kreatif, yang akan menuntun alur berpikir mengambil jalan setapak proses berpikir yang runtut. Yang melangkah dari satu kebaikan kepada kebaikan berikutnya. Dari satu kenyamanan ke kenyamanan berikutnya. Yang akhirnya akan melahirkan imajinasi yang benar. Imajinasi, melihat apa yang kita pikirkan adalah hikmah. Yang dapat melihat manfaat dibalik yang mudarat, yang menghidupkan dibalik yang mematikan, yang menyenangkan dibalik yang menyakitkan.
Kita akan mampu memfokuskan pikiran kita pada esensi kejadian dan apa yang kita kehendaki dan menanggalkan yang tidak perlu kita pikirkan. Anak muda sekarang bilang EGP, Emang Gua Pikirin ? Pikiran kita kemarinlah yang membawa kita pada dimana dan dalam keadaan bagaimana kita pada hari ini. Dan apa yang kita pikirkan hari ini akan membawa kita kemana dan dalam keadaan bagaimana kita besok. Orang sukses amat ditentukan bagaimana jalan berpikirnya. Mulailah dengan membiasakan diri memikirkan semua hal yang baik, mulia, yang menyenangkan, yang positif. Khususnya yang dapat kita lakukan untuk orang lain, memudahkan urusan saudara kita. Menghangatkan yang kedinginan, mengenyangkan yang kelaparan, memberanikan yang ketakutan, melayani sebaik yang bisa kita layankan dan sebagainya. Dengan pikiran, tariklah kepada diri kita apa yang kita merasa pantas menerimanya. Bukan apa yang kita ingin menerimanya.
Kalau kita menghendaki kehormatan dan kemuliaan untuk diri kita maka hormati dan muliakan orang lain. Dengan demikian kita pantas menerima kehormatan dan kemuliaan itu. Kalau kita ingin pendapatan yang lebih besar, berperilakulah sebagaimana pantasnya seseorang yang telah mendapat penghasilan itu, walau saat ini kita mungkin belum. Cepat atau lambat penghasilah besar itu pasti milik kita. Mulailah dengan berpikir positif, cerdas dan kreatif. Nasib kita akan tergantung padanya. Selamat berpikir.
5 komentar:
Intinya di pikiran yah ??? btw ada yang spesial buat anda di sini
mampir lagi untuk sekedar baca2 biar gak lupa ma artikel ini
eh boleh tukar link tidak ???
boleh...
THANKS DAH KSIH COMENTAR... :)
Post a Comment